
Sejak tahun 2012 kami berusaha mencari dan mengembangkan beberapa jenis rumput untuk dikembangkan sebagai alternatif pakan satwa rusa. Rumput yang kami coba disesuaikan dengan metoda pemeliharaan rusa dengan pola penggembalaan. Beberapa jenis yang sudah kami coba antara lain beberapa jenis Brachiaria, Setaria sphacelata, Panicum sp. dan Pennisetum sp. Demikian juga legume cover crop antara lain Centrocema pubescens, Pueraria javanica dan Kudzu, Calopogonium mucunoides, Clitoria ternatea dan beberapa ajenis lainnya.
Rumput Unggul
Ujicoba yang kami lakukan akhirnya mengarah kepada tiga jenis rumput yaitu Stenotaphrum secundatum (rumput Steno), Axonopus compressus (rumput Pahit) dan Cyonodon nlemfuensis (rumput Afrika). Rumput pahit sudah banyak ditemukan di sekitar kawasan, demikian juga dengan C. nlemfuensis (atau saudaranya C. dactlyon). Namun untuk S. secundatum dalam hampir 2 tahun belakangan ini kami melihat dalam uji tanam yang dilakukan, performanya cukup baik. S. secundatum terutama adalah tahan naungan dan dapat kompetitif dengan gulma yang ada terutama gulma eksotis seperti Teklan (Eupatorium riparium) yang sangat memusingkan kami. Selain karena pertumbuhannya yang cepat, E. riparium adalah invasif eksotis spesies asal amerika latin dan terutama, menurut pengalaman dan pengamatan kami, teklan beracun untuk ruminansia.
Beberapa kasus kematian pada domba dan kambing dalam 1 bulan terakhir di plot ujicoba mengkonfirmasi hal tersebut. Hal ini juga mungkin dapat menjelaskan kematian rusa tahun kemarin yang tidak diketahui apa sebabnya.
Rumput steno yang kami tanam sudah mencapai luas hampir 1.5 hektar dalam area yang terpisah-pisah. Semuanya menunjukkan performa daya tumuh yang bagus. Tahan terhadap naungan dan kandungan nutrisi yang lebih baik dibanding rumput lokal. Nutrisi yang lebih baik ini dapat dilihat dari banyaknya serangga belalang yang hinggap di hamparan rumput ini dibanding dengan hamparan rumput alam serta ayam yang terlihat doyan sama rumput ini.
Namun bagaimanapun, belum ada plot yang di grazing rusa. Direncanakan pada tahun 2018 rusa akan kita masukkan kedalam satu plot rumput steno seluas 2.500 meter yang berada didalam area 8 hektar.
Gulma invasif
Penanaman ini dibarengi juga dengan menghilangkan (eradikasi) gulma invasif (dan eksotis) yang lain yaitu Harendong bulu (Clidemia hirta) dan juga sedikit Salihara (Lantana camara) dan Ki Rinyuh (Eupatorium odoratum). Walaupun baik sebagai cover crop, tapi semuanya merupakan gulma eksotis asal luar negeri dan tidak disukai rusa.

Walaupun sudah dicabuti, biasanya gulma ini akan kembali tumbuh. Baik dari biji yang tertinggal, akar ataupun berasal dari penyebaran alami dari area yang tidak ter-eradikasi. Sehingga dengan demikian, proses eradikasi seperti ini harus dilakukan secara reguler, minimum sekali setahun dan berdasarkan pengalaman akan lebih baik bila dilakukan menjelang musim kemarau untuk menurunkan kesempatan gulma tumbuh kembali. Karena di dalam kawasan konservasi, maka penggunakan api dan herbisida kami hindari. Inilah yang menyebabkan kegiatan pengendalian gulma untuk satwa gembala menjadi sangat mahal.
Perlu dipikirkan metoda kreatif seperti misalnya mendayagunakan gulma-gulma tersebut sebagai pestisida ataupun fungisida. Beberapa literatur penelitian walaupun sudah dapat ditemukan di Internet, antara lain:
- Pengaruh Ekstrak daun Teklan (eupatorium riparium) terhadap Mortalitas dan
Perkembangan Larva Aedes aegypti
Ekstrak daun E. riparium yang diujikan pada larva nyamuk A. aegypti positif
mengandung beberapa senyawa bioaktif yaitu saponin, tanin, kuinon dan steroid. Kandungan senyawa bioaktif yang banyak dimiliki ekstrak adalah tanin dan steroid. Senyawa-senyawa bioaktif yang terkandung dalam ekstrak daun mampu memberikan pengaruh negatif yang dapat mematikan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangan larva nyamuk A. aegypti menjadi pupa. (Elena Astrid Yunita,Nanik Heru Suprapti, Jafron Wasiq Hidayat. UNDIP, 2009) - Uji Toksisitas Ekstrak Daun Kirinyuh (Eupatorium odoratum L.) Terhadap
Mortalitas Keong Mas (Pomacea canaliculata)
Lebih lanjut dijelaskan oleh Hadi (2008:14), sifat toksik ini disebabkan oleh senyawa bioaktif yang terkandung dalam ekstrak daun kiriyuh seperti terpenoid, tanin, saponin, fenol, dan alkaloid yang terdapat pada tumbuhan merupakan bahan aktif sebagai pengendali hama. (Nurhasbah, Safrida, Asiah. Universitas Syiah Kuala, 2017) - DAYA REPELLENT EKSTRAK DAUN SALIARA (Lantana camara L.) DAN DAUN
KIPAHIT (Tithonia diversifolia [Hemsley] A. Gray) PADA HAMA GUDANG
Callosobruchus maculatus F
Ekstrak daun saliara dan daun kipahit memiliki kemampuan yang cukup baik
sebagai repellent hama Callosobruchus maculatus. Daya repellent ekstrak daun
saliara tertinggi terdapat pada konsentrasi 4.5% (72 JSP) sebesar 72.99% atau dalam
kategori cukup baik. Daya repellent tertinggi yang diperoleh saat uji utama ekstrak daun kipahit berada pada konsentrasi 4.0% (72 JSP) sebesar 79.15% atau dalam kategori cukup baik. (MA Nugraha, N Rochman, dan Y Mulyaningsih. Universitas Djuanda Bogor)
Perlu dilakukan kajian dan ujicoba lapangan lebih lanjut untuk menemukan formulasi dan bahan aktif dari setiap tanaman gulma tersebut, sehingga eradikasi gulma eksotis pada titik-titik tertentu di TBMK dapat bermanfaat dan (diupayakan) disubsidi oleh penggunaan ekstrak gulma sebagai pestisida nabati.
[…] Gulma-gulma eksotis nan invasif ini setelah dibabat dan dicabut tetap kembali bertumbuh, beberapa literatur bahkan menyebutkan perlu waktu nyaris 10 tahun untuk dapat membersihkan gulma tersebut secara total. […]
By: Kareumbi Grazing Field | MASIGIT - KAREUMBI on 17 Juli 2020
at 11:09 am